taka

fian
2 min readMay 26, 2022

--

Photo by SIAV IBIZA on Unsplash

Mitsuya akhirnya diam dan memandang lurus wajah Ran. Sudah sepuluh menit ia ikut berjongkok sambil berusaha menanyakan alamat kepada laki-laki bersurai serupa miliknya itu, tapi semua pertanyaannya tak terjawab. Ran sedari tadi hanya meracau tidak jelas. Usaha menanyakan kepada Rindou dan teman-temannya yang lain pun percuma karena tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab pesannya.

Mitsuya ingat, tadi Ran sempat menyebut nama isekai. Ia baru dengar nama itu. Nama jalan, kah? Nama perumahan, atau kelurahan tempat Ran tinggal?

“Sadar diri dong, Ran. Badan lo gede banget, gak kuat gue kalo disuruh gendong lo.” Mitsuya menghela napas. Ia masih memandangi rupa putra pertama Haitani di hadapannya. Alis tebal yang naik-turun dan sesekali mengerutkan dahi. Matanya terpejam namun bibirnya terus menggumamkan kata-kata aneh yang sulit dipahami.

“Taka ….”

Satu panggilan lirih dari Ran menyadarkan Mitsuya. Ia terlalu larut memandangi lelaki itu sampai tidak sadar kalau kepalanya agak maju.

Kimi … mau kissu watashi?”

“Hah?”

Kedua alis Mitsuya terangkat. Ngomong apa lagi dia ini, batinnya. Mitsuya sedang pusing memikirkan ke mana ia harus mengantar Ran. Ia tidak mau menambah beban pikiran dengan meladeni celotehan yang bersangkutan, maka ia abaikan pertanyaan Ran yang tidak ia ketahui artinya itu.

“Taka … mau pulang,” gumam Ran lagi.

Mitsuya melotot. Jantungnya kembali berdebar keras hanya dengan mendengar nama kecilnya keluar dari mulut seorang Ran Haitani.

--

--